Penderitaan Asmat, Momentum Membangun Papua!
Adanya dugaan
penyimpangan dana Otsus dinilai wajar jika melihat kenyataan bahwa Papua tidak
pernah hilang dari kasus semacam gizi buruk dan campak. Lantas banyak pihak
yang juga menduga dana-dana tersebut dihabiskan tidak sesuai peruntukannya,
dengan kata lain hanya mengejar target realisasi 100 persen. Atas KLB gizi buruk dan campak di Asmat dan munculnya
berbagai dugaan penyimpangan tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mengaku sedang membahas persoalan tersebut.
Selanjutnya baca Warga Asmat Papua Menderita, Dana Otsus Kemana?
Jokowi bahas gizi buruk bersama Gubernur Papua, Bupati Asmat (detik.com) |
Sebagaimana
yang diakui pemerintah Papua bahwa
kendala akses infrastruktur membuat mereka sulit menjangkau warganya yang
menderita gizi buruk dan campak, maka apresiasi patut kita berikan kepada
pemerintah pusat yang sedang membangun infrastruktur secara besar-besaran di Papua
dan Indonesia timur pada umumnya. Nantinya infrastruktur diharapkan bisa membuka
akses kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, dengan demikian peristiwa KLB
seperti yang dialami Asmat tidak akan meluas dan memakan banyak korban.
Peristiwa
gizi buruk dan campak sebagaimana yang dialami orang-orang di Papua sebenarnya
juga dialami masyarakat Indonesia lainnya secara luas dan merata. Tapi fakta
bahwa daerah Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan
beberapa daerah di Sulawesi terlebih lagi Papua memang menjadi semacam
“ibukota” permasalahan kesehatan dan pendidikan.
Kemiskinan
menjadi akar dari kedua permasalahan tersebut, per September 2017 tercatat
26,58 juta orang miskin di Indonesia. Meski secara jumlah pulau Jawa (13,94
juta) masih menjadi daerah paling banyak penduduk miskinnya, tapi data BPS juga
menunjukan persentasi jumlah penduduk miskin yang terbesar berada di Papua dan
Maluku yaitu 21,23 persen.
Betapapun mengurusi Papua memang tidak seperti
mengurusi daerah-daerah lainnya di Indonesia. Berbagai tantangan yang tidak
banyak dihadapi daerah lainnya di Indonesia seperti adat istiadat masyarakat
Papua yang masih minim bersentuhan dengan modernitas. Hal ini terbukti ketika
pemerintah pusat harus mengurungkan niatnya merelokasi warga yang terdampak
gizi buruk dan campak di Asmat karena persoalan adat istiadat. Selain itu
adanya gerakan separatisme membuat Papua mendapat perlakuan khusus dari aparat
keamanan menjadi salah satu penyebab terhambatnya kemajuan disana.
Oleh karena
itu saat ini aparat keamanan menjadi pihak yang menjadi harapan masyarakat
Papua. TNI sendiri begerak cepat dengan membentuk tim kesehatan yang terdiri
dari ratusan orang untuk mendatangi setiap daerah di Papua dalam upaya
memberantas gizi buruk dan wabah penyakit lainnya di seluruh wilayah Papua. Tim
tersebut bahkan direncanakan akan bertugas dalam waktu yang sangat lama.
Relawan ACT (Aksi Cepat Tanggap) bersama anak-anak Asmat (Kitabisa.com) |
Apresiasi
bukan hanya pantas diberikan kepada pemerintah pusat dan daerah setempat yang
dengan cepat dan serius menangani masalah ini, tapi juga komponen masyarakat
Indonesia lainnya yang peduli terhadap penderitaan yang dihadapi
saudara-saudaranya di Papua. Bantuan logistik dalam jumlah besar sudah dikirim
ke wilayah Asmat, dan masyarakat disana sudah mendapat penanganan yang layak.
Semoga peristiwa ini menjadi yang terakhir terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar