Indonesia Pimpin Rapat DK PBB Soal Palestina Minta Israel Hentikan Pemukiman Ilegal
Sebagai upaya untuk berperan menangani konflik Timur Tengah, Indonesia
meminta penghentian pembangunan pemukiman
ilegal Israel di Palestina. Indonesia bersama Kuwait dan Afrika Selatan
mengadakan pertemuan informal DK PBB dalam format Arria Formula dengan tema “Pemukiman dan Pemukim Ilegal Israel:
Inti dari Pendudukan, Krisis Perlindungan, dan Penghalang terhadap Perdamaian. Dalam
langkah yang tidak biasa, Jason Greenblatt, utusan khusus Amerika Serikat untuk
PBB tampil di pertemuan informal Dewan
Keamanan PBB. Greenblatt juga menyebut pertemuan itu sebagai bias
anti-Israel yang berkelanjutan, mempertanyakan respon negara-negara PBB atas
serangan roket Hamas ke wilayah Israel dan menolak gagasan Indonesia yang
menjadi tema pertemuan dalam format Arria Formula tersebut. Sebagai negara yang
menuntut keterlibatan dalam menangani masalah global, Indonesia telah
meningkatkan kontribusi perdamaiannya di tempat-tempat yang dilanda konflik
seperti di Afghanistan dan Myanmar. Langkah-langkah ini sejalan dengan
keinginan Indonesia untuk menjadi kekuatan menengah di panggung global.
Indonesia berupaya menjadikan operasi
pemeliharaan perdamaian sebagai isu sentral dalam masa kepresidenannya di Dewan
Keamanan PBB bulan Mei ini, khususnya pada masalah Palestina. Indonesia pada 7
Mei lalu memimpin debat terbuka DK PBB tentang bagaimana meningkatkan
keselamatan dan keamanan penjaga perdamaian.
Dengan 3.080 personel yang
dikerahkan, Indonesia adalah kontributor kedelapan terbesar untuk misi PBB yang
diakui secara luas atas perannya dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
Sebagai bagian dari upaya untuk berperan menangani konflik Timur Tengah,
Indonesia meminta penghentian pembangunan pemukiman ilegal Israel di tanah
Palestina.
Indonesia bersama Kuwait dan Afrika
Selatan mengadakan pertemuan informal dalam format Arria Formula dengan tema
“Pemukiman dan Pemukim Ilegal Israel: Inti dari Pendudukan, Krisis Perlindungan,
dan Penghalang terhadap Perdamaian,” di Markas Besar PBB, New York, 9 Mei 2019.
Diskusi tersebut dihadiri oleh seluruh negara anggota DK PBB dan negara-negara
anggota PBB lainnya serta perwakilan organisasi internasional dan badan-badan
PBB.
Pemukiman ilegal Israel terus
bertambah dari sekitar 110 ribu pada tahun 1993 menjadi sekitar 620 ribu tahun
2017. Sejak pengakuan Donald Trump terhadap ibukota Israel di Yerusalem, Israel
yang mendapat angin semakin nyaman bertindak sewenang-wenang atas Palestina.
Sebuah laporan menunjukan Israel telah meningkatkan anggaran 39% untuk
membangun pemukiman ilegalnya di Tepi Barat.
Tetapi ditengah fakta suram tersebut
Indonesia mengingatkan masyarakat internasional untuk tidak kehilangan harapan
untuk dapat menyelesaikan konflik Palestina-Israel melalui perundingan dan
dialog. Retno Marsudi yang memimpin pertemuan tersebut, mengatakan bahwa,
“tidak adanya tindakan bukanlah pilihan. Tekanan publik untuk mengakhiri
permukiman ini sangat vital.” Menurutnya, sebuah solusi harus ditemukan untuk
memastikan agar Israel mundur ke kondisi sebelum tahun 1967, termasuk di
Yerusalem timur.
Pertemuan yang dipimpin Indonesia
tersebut mendapat tanggapan Amerika Serikat dan bahkan Israel. Jason
Greenblatt, utusan khusus Amerika Serikat untuk PBB tampil di pertemuan
informal Dewan Keamanan PBB. Tidak mau sekutunya dipojokan oleh negara-negara
anggota PBB, Greenblatt mengecam DK PBB karena mengulang pertemuan melelahkan
yang mengecam pemukiman Israel, menyebut pertemuan itu sebagai bias anti-Israel
yang berkelanjutan dan “tidak adil” - mengingat tidak ada undangan untuk
Israel.
Jason Greenblatt mempertanyakan
respon negara-negara PBB atas serangan roket Hamas ke wilayah Israel namun
pihaknya sendiri tidak mengecam serangan Israel yang membunuh warga Gaza.
Perwakilan Amerika Serikat itu juga menolak gagasan Indonesia yang menjadi tema
pertemuan dalam format Arria Formula tersebut. Sementara pujian datang dari
Perdana Menteri Israel seperti dilansir The Jerusalem Post, melalui Twitter
Netanyahu mengucapkan terima kasih kepada utusan Donald Trump tersebut. Ia
mengatakan kebenaran mendasar tentang Israel di PBB masih dibutuhkan.
Indonesia berpandangan, pertama,
menyatakan bahwa pengembangan permukiman Israel adalah hambatan utama untuk
mewujudkan perdamaian. Kedua, pemukiman ilegal Israel adalah sumber utama
pelanggaran HAM terhadap Palestina. Ketiga, masyarakat internasional harus
mencoba menghentikannya. Indonesia juga mendorong tekanan lebih lanjut kepada
Israel dengan menetapkan Hari Solidaritas Internasional bagi Korban Pemukiman
Ilegal.
Menteri Luar Negeri Palestina yang
menghadiri pertemuan itu mengatakan bahwa tujuan membangun pemukiman Israel di
Tepi Barat, adalah fragmentasi wilayah Palestina dan aneksasi pada akhirnya. Riyad
al-Maliki menegaskan satu-satunya yang memiliki bias terhadap Israel adalah
pihak-pihak yang melindungi Israel dari tuntutan pertanggungjawaban.
Pembangunan pemukiman ilegal Israel
dilakukan sejak 1967 tidak memiliki validitas hukum dan bertentangan dengan
Resolusi 2334 DK PBB yang dikeluarkan pada tahun 2016.
Dengan AS berencana untuk merilis
rencana perdamaian Timur Tengah yang baru - suatu kesepakatan yang disebut
pemerintahan Trump sebagai “kesepakatan abad ini” - pada bulan Juni mendatang,
Indonesia telah memberi tahu AS bahwa isi kesepakatan tersebut tidak boleh
melanggar resolusi internasional yang telah dikeluarkan DK PBB. Namun AS telah
mengisyaratkan bahwa proposal perdamaian yang akan datang tidak akan mencakup
solusi dua negara untuk Palestina dan Israel.
PALESTINA ADALAH JANTUNG DIPLOMASI INDONESIA
FOTO: Menlu Retno Marsudi berbicara di dalam diskusi khusus mengenai Pemukiman dan Pemukim Ilegal Israel dalam format Arria Formula, 9 Mei 2019 (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia). |
Penyelenggaraan pertemuan khusus
mengenai Palestina dalam format Arria Formula di bawah Presidensi Indonesia
merupakan salah satu bentuk perhatian khusus Indonesia pada isu Palestina.
Meskipun diskusi tersebut tidak akan memperoleh hasil yang konkret, namun
diskusi itu dapat menyeimbangkan pemahaman diantara negara anggota PBB terkait
konflik Palestina-Israel. Para pesertanya akan membuat pernyataan yang akan
membuat Indonesia memetakan komitmen dan dukungan siapa saja negara yang bisa
menjadi mitra terbaru dalam memperjuangkan masalah Palestina.
Para relawan Indonesia telah
membangun rumah sakit terbesar di Gaza, yang sepenuhnya didanai dari sumbangan
para dermawan sebesar Rp126 miliar. Para dermawan lokal juga telah berkomitmen
untuk membangun fasilitas air dan membeli obat-obatan, sementara Pemerintah
telah meningkatkan kontribusi keuangannya untuk membantu lebih dari lima juta
warga Palestina melalui Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Sebagai negara yang menuntut
keterlibatan dalam menangani masalah dunia, Indonesia juga terlibat dalam
memperjuangkan perdamaian di tempat-tempat yang dilanda konflik seperti
Afghanistan dan Myanmar. Langkah-langkah ini sejalan dengan keinginan Indonesia
untuk menjadi kekuatan menengah di panggung global khususnya di kawasan
Indo-Pasifik, di tengah persaingan strategis antara Amerika Serikat dan China.
Dewan Keamanan PBB memiliki 15 negara
anggota, termasuk Indonesia yang saat ini sedang menjabat sebagai anggota
sementara DK PBB yang keanggotaannya berlaku sejak 1 Januari 2019. Indonesia
telah menjadi anggota tidak tetap DK PBB sebanyak empat kali, pada 1973-1974,
1995-1996, 2007-2008, dan 2019-2020.
.
***
Penulis: Editorizal
Sumber: The Straits Times | Kemlu RI | Citizen Truth | The Jerusalem Post | Suara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar