Fakta-Fakta Setelah Kapal Patroli Indonesia Dikejar Kapal dan Helikopter Malaysia
Kapal pengawas perikanan Indonesia milik Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) yang menangkap dua kapal nelayan ilegal berbendera Malaysia
mendapat penghadangan oleh pihak patroli maritim Malaysia. Namun KKP tegas
dengan keputusannya sementara pihak patroli Malaysia akhirnya mundur dan pulang
dengan tangan kosong. Setelah kapal
patroli Indonesia dikejar kapal & helikopter Malaysia, apa saja fakta
yang bisa kita lihat?.
Kapal patroli Malaysia mencoba
mengintimidasi kapal pengawas perikanan Indonesia milik Kementerian Kelautan
dan Perikanan yang menangkap kapal nelayan ilegal berbendera Malaysia. Laporan
media Antara News 10 April 2019
bahkan melaporkan kapal anak buah Susi Pudjiastuti itu juga dikepung
helikopter. Namun upaya Malaysia untuk bernegosiasi gagal karenal kapal KKP
tegas dengan keputusannya dan tetap membawa kapal nelayan tak berizin itu
dibawa untuk diadili. Sementara pihak patroli Malaysia akhirnya mundur dan pulang
dengan tangan kosong.
Setelah kejadian ini pihak
Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengirim nota protes kepada Malaysia
lewat Kementerian Luar Negeri. Untuk mencegah hal ini terjadi kembali, KKP
bersama dengan TNI Angkatan Laut dan Bakamla akan lebih menggiatkan patroli di
perairan Selat Malaka.
Di awal tahun 2019 ini kapal KKP
telah menangkap beberapa kapal ilegal Malaysia, peristiwa kemarin merupakan
respon kejengahan sekaligus kegelisahan setelah banyak kapal nelayan mereka
ditenggelamkan. Vietnam juga melakukan hal yang sama di perairan Natuna Utara
19 Februari lalu, saat itu bahkan patroli kapal KKP sedang ditemani kapal
perang TNI AL.
Hingga Februari 2019 dari 488 kapal
yang berasal dari berbagai negara dan sudah ditenggelamkan, 276 kapal adalah
berbendera Vietnam. Jumlah itu menegaskan Vietnam sebagai pencuri ikan yang
dominan. Maka tak heran kapal patroli negeri komunis beberapa kali terlibat
ketegangan dengan kapal patroli Indonesia.
Tapi di waktu mendatang kenekatan
patroli Vietnam akan jauh berkurang karena pemerintah telah berencana
mengembangkan zona penangkapan ikan di perairan Natuna dengan berbagai
fasilitas untuk nelayan, terlebih lagi wilayah Natuna kini lebih terjaga dengan
pangkalan militer TNI.
Meski demikian perlu diketahui fungsi
keamanan termasuk penegakan hukum di wilayah perairan nasional dilaksanakan
oleh lembaga penegak hukum sipil, bukan TNI. Tetapi penegakan hukum di laut
memang memerlukan sinergi seperti yang selama ini sedang dilakukan KKP dengan TNI.
KONSISTENSI ADALAH KEMAJUAN INDONESIA
FOTO: Kapal Maritim Malaysia jenis speedboat mengejar Kapal milik Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (Youtube). |
Tindakan menghalang-halangi penegakan
hukum di perairan Indonesia juga pernah dilakukan oleh kapal patroli Tiongkok
pada tahun 2016 lalu yang peristiwanya menjadi sorotan dunia, setelahnya
penyelesaian juga dilakukan lewat jalur diplomasi. Lantas apakah hal seperti
ini menunjukan kelemahan pertahanan
maritim Indonesia? faktanya justru sebaliknya, ini adalah bukti langkah
maju lainnya.
Pertama di tahun-tahun sebelumnya
justru kita lebih sering mendengar berita penangkapan nelayan Indonesia oleh
negara tetangga. Kedua, di tahun-tahun sebelumnya juga pencurian kekayaan laut
sulit dicegah karena kurangnya armada dan koordinasi antar lembaga yang lemah.
Ketiga penegakan hukum diatas laut sejatinya berbeda dengan didarat termasuk
aksi intimidasi yang dilakukan oleh kapal patroli jiran, hal ini wajar terjadi
bagi pihak yang merasa bersalah. Sebagaimana proses negosiasi yang dilaporkan
kapal patroli Malaysia justru hanya meminta satu dari dua kapal yang
dibebaskan, karena bagi mereka satu kapal saja berarti kemenangan dan adalah bukti negaranya masih memiliki martabat
yang tinggi.
Sejak Indonesia menjalankan hukum
yang melindungi kedaulatan kekayaan lautnya dan menyebabkan hasil laut beberapa
negara tetangga berkurang, tekanan internal telah terjadi di pemerintahan
negara-negara tetangga. Masing-masing negara tetangga telah mencoba menunjukan
martabatnya kepada Indonesia yang saat ini dinilai tidak mau mendengarkan
mereka.
Indonesia yang sedang berusaha mewujudkan
visi poros maritim dunia sekali lagi
membuktikan zero toleransi terhadap
penangkapan ikal ilegal. Konsistensi dan ketegasan seperti yang terjadi pada
kapal nelayan ilegal Malaysia memberikan sinyal sekali lagi kepada
negara-negara tetangga bahwa Indonesia akan tetap kokoh dengan pendiriannya
diatas perairannya sendiri.
***
Penulis: Editorizal
Sumber: Antara News | Mongabay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar